Muda, berdedikasi, serta militan. Itulah KPDJ. Satu lagi, sangat mencintai Kulon Progo sebagai kebanggaan masa silam, karena pernah memiliki kanak-kanak yang menyenangkan.
Saya yakin awalnya memang huruf J di akhir singkatan KPDJ adalah Jakarta. Toh walau saya tinggal di Depok, saat ditanya bekerja atau tinggal di mana pasti saya menjawab Jakarta. Lebih keren karena ibukota.
Sejak 2017 itu, ada rasa ingin tahu yang lebih tentang paguyuban ini. Nama paguyuban, tentu dimaknai sebagai kelompok yang anggotanya guyub rukun dengan visi dan misi yang sama. Mereka para anggota KPDJ disatukan oleh kota asal yang sama, dengan nasib membawanya harus bekerja di ibukota. Namun, apabila diselami lebih ke inti hati, mereka tetap mencintai Kulon Progo, untuk suatu hari, mimpi membangun kampung halaman bisa terealisasi.
Lalu, Sabtu, 18 Juli 2020 kemarin, saya bertemu dengan para petinggi KPDJ. Lebih tepatnya bertemu langsung dengan para penggagas dan pimpinan Korwil di seputaran Jakarta, dengan protokol kesehatan yang tetap dijaga.
BACA JUGA: http://www.kabarno.com/baksos-lagi-kpdj-kabarno-menggandeng-sedulur-nks/
Mereka semua anak muda dengan mimpi menaklukkan Jakarta. Anak muda yang mau berjibaku memikirkan kawan-kawannya untuk bertahan, berjuang, bahkan sukses di Jakarta. Anak-anak muda yang tak hanya mementingkan dirinya. Tak terlihat sama sekali ada tendensi untuk sebuah kepentingan pribadi atau bisnis sekalipun.
Tempat yang disepakati untuk berjumpa adalah Pondok Laras Depok. Tempatnya enak, makanannya lezat. Apalagi, jaraknya yang hanya selemparan batu dari rumah saya, membuat saya semangat bertemu kawan-kawan muda.
Di setiap kesempatan Kopdar KPDJ di tahun-tahun sebelum wabah melanda, para anggota KPDJ yang berjumlah lebih dari 5.000 mengumpulkan uang untuk kegiatan bakti sosial di kampung halaman. Banyak dana telah disalurkan untuk menyantuni anak yatim, kaum duafa, bedah rumah, membangun tempat ibadah, membantu kaum disabilitas, dan lain-lain.
Di saat pandemi, KPDJ menginisiasi Gerakan membantu anggota yang terdampak korona dengan bantuan sembako untuk meringankan beban mereka yang ter-phk.
Dalam pertemuan itu, sepertinya 15 orang pengurus KPDJ janjian untuk mengenakan kaos merk Niki Kaos Sampeyan (NKS) bertuliskan “Ora Mudik Kangen Kulon Progo”, Mulih Omah Kulon Progo” dan “Tresno Kulon Progo”.
Kaos itu, semakin mempertegas sikap bahwa KPDJ memang mencintai Kulon Progo sebagai tempat kelahiran.
BACA JUGA: http://www.kabarno.com/berburu-rindu-ke-kalibiru/
Acara makan siang itu memberi arti tersendiri untuk saya. Mereka anak-anak muda militan yang mampu bergerak serempak untuk sebuah kebaikan. Ikut memikirkan negeri yang telah memberi mereka warna, kenangan masa kecil, dan cinta. Dan, dalam amatan saya, spirit KPDJ itu murni: silaturahmi tanpa tendensi.
Selama ini, Jakarta mampu mengubah karaker orang serta menjadikan materi seolah nomer siji. Namun, anggota paguyupan KPDJ bertahan dalam kesederhanaan, keramahan yang terjaga, unggah-ungguh serta sopan santun layaknya orang Jawa asli.
Saya yang tak pandai bertutur kata diberi waktu untuk berbagi cerita. Inilah unggah ungguh yang saya bilang terpelihara ketika anak muda memberi ruang dan penghormatan kepada yang dianggap lebih tua. Saya diminta membagi pengalaman hidup sebagai referensi, penyemangat, dan inspirasi untuk mereka.
Tak banyak kata-kata yang keluar namun saya meminta KPDJ kiranya bisa berperan lebih banyak lagi. Kulon Progo yang kini terus bersolek menjadi kota, perlu didukung agar penduduk Kulon Progo tak hanya menjadi penonton.
Anak-anak muda di Kulon Progo perlu dibantu bekal pengetahuan dan persiapan menghadang derasnya perubahan. Anak muda adalah harapan dan masa depan. Pelajaran berharga bisa dipetik bagaimana warga asli Jakarta tersisih dan terpinggirkan oleh lajunya jaman. Pengalaman yang tak perlu berulang.
Perjuangan KPDJ yang sangat mulia didukung berbagai profesi yang ada di dalamnya hendaknya benar-benar murni tanpa embel-embel kepentingan atau bisnis pribadi. Kepentingan yang lebih besar yang ada dalam visi dan misi pembentukan paguyuban KPDJ adalah yang utama. Saya menyisipkan sebuah pesan untuk merangkul semua komponen yang ada agar daya dorongnya makin nyata.
BACA: http://www.kabarno.com/ke-belitung-nks-membayangkan-kopi-menoreh/
Setelah makan selesai, Mas Sugi yang profesinya di dunia entertainment mengarahkan gaya dan percakapan untuk sebuah video inspirasi. Oleh Mas Sugi, diskenariokan dua pemuda perantau Kulon Progo tak saling kenal dengan modal nekat datang ke Jakarta.
Akhirnya salah satu menjadi tukang parkir yang didatangi preman untuk dimintai uang keamanan. Untungnya sebelum berantem datang pemuda KPDJ yang melerai dan sepakat mendatangi seniornya untuk mencari solusi untuk memenangkan kompetisi kerasnya persaingan di ibukota.
Begitulah. Anak muda KPDJ sangat lengkap dengan bakat. Film pendek tak lebih dari 10 menit itu langsung diunggah di youtube. Pesan penuh makna untuk bisa menjadikan mimpi berubah nyata, selain pesan agar menjadi tuan rumah di tanah kelahiran dan tak hanya menjadi penonton namun pelaku perubahan Kulon Progo menuju lebih baik.
Pantas saja Bung Karno dalam pidatonya mengatakan, “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Dan, hari itu saya bertemu dengan 15 pemuda KPDJ sehingga saya yakin mampu memberi andil besar untuk kemajuan Kulon Progo. (*)
Nami Kulo Sumarjono. Salam NKS