Besok sore, pada gelaran wayangan virtual Sahabat Ngopi-KPDJ, para penggagas Sahabat Ngopi, akan memperkenalkan surjan anyar. Dengan warna dasar hitam dengan ragam hias bunga lili warna biru, surjan baru ini, akan menarik perhatian.
“Karena bukan sedang sebo bupati atau ratu, kita tidak memakai surjan lurik. Tapi tetap dipilih motif yang bersahaja,” kata Mbah Yatno Alimonso, sesepuh komunitas Kulon Progo di Jabodetabek (KPDJ) sekaligus penggagas Forum Sahabat Ngopi.
Menurutnya, surjan Wong pitu dibuat khusus dengan kain yang juga khusus. Batik tulis karya seniman-seniman Batik di Galeri Batik Sembung, Galur. Jadi, tambah Mbah Yatno, meskipun ragam hiasnya sederhana, tapi seperti memiliki cahaya.
Secara filosofi, motif ini, memberi spirit untuk memperbaharui semangat lama yang sudah tidak relavan dengan semangat era baru. Termasuk semangat sinergitas di tengah wabah Corona. Kini, saatnya, bersinergi. Nyawiji, hamuktisami.
“Wargi Kulon Progo sudah saatnya nyawiji, bergandengan tangan, merekatkan silaturahmi, bukan sebaliknya. Bercerai-berai, jalan sendiri-sendiri membawa kepentingan masing-masing. Saat ini, kepentingan kita adalah kepentingan bersama,” tegas Mbah Yatno.
Spirit itu, masih menunrut Mbah Yatno Alimonsa yang alumni SMA Negeri 2 Bendungan ini, sudah dimulai oleh penggagas Sahabat Ngopi.Para penggagas ini, membentuk wadah diskusi kecil yang diberi nama Wongpitu.
“Dari sinilah, kita tiupkan semangat untuk bergandengan tangan. Saling membantu, saling menopang, saling menolong, saling nglarisi dagangane konco. Setidaknya lewat Forum Sahabat Ngopi, Wongpitu sudah berhasil menumbuhkan semangat kebersamaan itu,” katanya.
Selain batik untuk Wongpitu, wayangan yang digelar di Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta Taman Mini Indonesia Indah (TMII), mulai jam tiga sore, tanggal 19 Desember 2020 ini, juga memperkenbalkan satu batik khusus. Wayangan virtual ini menampilkan Ki Bagas Giyanto dengan membabar lakon Durno Picis.
“Besok akan dikenakan oleh Bapak Sumarjono, dewan pembina Forum Sahabat Ngopi. Batik gringsing yang cukup bagus. Batik tulis kualitas tinggi dengan ragam hias cerah sesuai dengan batik kesukaan Pak Jono,” tutur Mbah Yatno.
Menurut Irwan, yang juga penggagas Sahabat Ngopi, motif gringsing, termasuk sangat tua, karena sudah tercatat dalam Kitap Pararaton. Selanjutnya, motif ini menyebar di seluruh Jawa, dengan selaga modifikasinya. Tentu saja modifikasi lengkap dengan makna dan filosofinya.
Versi lain, batik gringsing, sudah ada sebelum era Majapahit. Motif ini berkembang di sebuah wilayah di Bali. Kemudian berkembang serta meluas di banyak daerah di Pulau Jawa.
Secara filosofi, tambahnya, sangat dalam. Bersifat melindungi, bahkan ada yang meyakini, gringsing bagian dari uborampe dalam pengobatan pada masyarakat kuno. “Jadi cocok jika batik gringsing, diagem oleh Pak Jono yang menjadi pembina Sahabat Ngopi, karena sifatnya melindungi,” tegasnya.(her)