Swargi Langgeng Kagem Almarhum Haji Wasis Djuhar

oleh -375 Dilihat
oleh
Suasana di rumah duka, menjelang pemakaman, tampak karangan bunga dari alumni SMAN 1 Wates. (foto pak yatin)

Belum habis rasa kehilangan atas meninggalnya Raden Nganten Sukemi, yang merupakan tokoh perantau Kulon Progo di Bandung, kini, masyarakat perantau Kulon Progo kembali kehilangan setelah wafatnya Haji Wasis Djuhar. Bu Kemi adalah piyayi kelahiran Penggung, Hargorejo, Kokap. Bersama Pak Kasam, mendirikan PT Kasam yang kondang. Sementara itu, Pak Wasis Djuhar adalah mantan Direksi PT Pegadaian (persero).

Oleh: Hirwan
Founder Kabarno.com

Sejak sore hingga malam, kemudian dilanjut hari ini, percakapan di WAG Sahabat Ngopi, dihiasi awan duku. Itu terjadi setelah Mbak Estu, mengirimkan berita lelayu meninggalnya H Wasis Djuhar pada Akad petang, 11 Juli 2021.

Meninggal di RSCM Jakarta, jenazah langsung diberangkatkan ke Kulon Progo. Dan, siang ini, selepas dzuhur, almarhum Pak Sis, akan dikebumikan di belakang Masjid Al-Istiqomah, Dusun Jombokan, Kalurahan Tawangsari, Kapenewon Pengasih, Kulon Progo.

Masyarakat Jombokan paham, hanya tokoh-tokoh tertentu, yang dimakamkan di belakang masjid Jombokan. Bagi masyarakat Jombokan, Wasis Djuhar memang termasuk tokoh penting. Selain dermawan, gampang dimintai tolong. “Anak saya termasuk yang ditolong, sehingga bisa ikut seleksi masuk di Perum Pegadaian. Beliau orang baik, semoga husnul khatimah,” kata Mbak Estu.

Wasis Djuhar juga bukan orang sembarangan di Perum Pegadaian. Inilah Direktur Pengembangan Usaha yang dilantik oleh Menteri BUMN Sofyan Djalil, pada 6 Mei 2008. Di Pegadaian,  karir Pak Sis  termasuk panjang, dimulai dari bawah.

Setelah lulus menjadi Sarjana Pertanian dari Jurusan Sosial dan Ekonomi Pertannian Institut Pertanian Bogor (IPB) 1983, setahun kemudian Wasis masuk Pegadaian pada 1984. Dari sanalah, karir lulusan  Magister Management (MM) dari Institut Pusat Pengemabngan Managemen (IPPM) tahun 1995 ini, dimulai.

Pada 1988-1990, Pak Sis menjadi Pemeriksa di Kantor Daerah Pemeriksa Kebumen. Selanjutnya selama setahun sejak 1990, menjabat sebagai Pemeriksa di Kantor Pemeriksa Daerah Makassar. Setelah itu, sejak 1991 hingga 1993, menjadi Kepala Kantor Daerah di antor Daerah V, Makassar.

Sempat menjabat Kepala Diklat dari 1993-1995, Wasis Djuhar pindah ke Semarang, menjadi Kepala Kantor Daerah VI, dari 1995-1998. Setelah itu, ditarik lagi ke Jakarta, menjadi Kepala Subdit Penelitian dan Pengembangan Usaha. Dilanjutkan, dari tahun 1998 hingga 2002, menjadi Kepala Pusat Teknologi Informasi.

Karir alumni SMA Negeri 1 Wates ini, semakin baik setelah menempati posisi General Manager Usaha Lain tahun 2002-2003. Setelah itu, berpindah menjadi General Manager Usaha Syariah (2002-2008).

Dari sanalah, karir Ir. Wasis Djuhar, MM memuncak sebagai Direktur Pengembangan Usaha yang secara resmi dijabat sejak 6 Mei 2008. Karir bagus itu terus berlanjut, hingga pada 1 April 2012, kembali menjadi direksi Pegadaian. Kali ini, sebagai Direktur Bisnis II PT Pegadaian (persero).

“Waktu SMA kelas 1 teman nyepeda bareng. Tapi, kelas 2 dan 3 almarhum kost di Wates. Kami beda kelas, saya IPA-1, beliau IPA-2. Selama satu kelas, mas Sis paling pinter di kelas. Jadi wajar saat masuk di IPB tanpa test,” kata Yatin Suwarno, tokoh perantau Kulon Progo di Bogor yang asli dari Kulur, Kapenewon Temon, Kulon Progo.

Pak Wasis Djuhar bersama Pak Yatin dan alumni SMAN 1 Wates, saat ngopi bareng di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. (koleksi foto pak yatin)

Pak Yatin masih ingat, sahabatnya itu, termasuk orang yang tidak banyak bicara. Juga, jarang bercanda, meski bukan tipe yang serius-serius amat. “Kami dipertemukan kembali di Bogor. Kemudian, kami membentuk alumni se Jabodetabek yang anggotanya 23 orang. Wah, saat kami mau reuni pertama tahun 2010, almarhum menjadi penyumbang dana terbanyak,” tutur Pak Yatin yang juga seorang penulis.

Lahir di Dusun Banjaran, Kapenewon Hargomulyo, Kulon Progo, Wasis Djuhar memang berasal dari trah yang bukan sembarangan. Djuhar Manikam, sang ayah, adalah Ketua Muhammadiyah Ranting Hargomulyo.

Lulusan SMPN di Kokap tahun 1975 ini, menikah dengan salah satu putri tokoh masyarakat Jombokan, Bu Aslamiah. Mempunyai tiga anak, Pak Sis dikebumikan di belakang Masjid Jombokan, selepas Dzuhur, siang ini. Sugeng tindak pak Sis, swargi langgeng, swargi yekti, swargi jati. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.