Hari Ini, Mari Mengenang Wafatnya Tjipto Mangoenkoesoemo

oleh -386 Dilihat
oleh

8 Maret 2018. Hari ini, 75 tahun silam, seorang tokoh utama perjuangan kemerdekaan Indonesia, menghembuskan nafas terakhir. Dia, dokter Tjipto Manggoenkoesoemo, figur serba lentur: intelektual, jurnalis, organisatoris, dan sosok yang ditakuti pemerintahan Belanda.

Pak Tjipto, meninggal setahun setelah Belanda menyerah pada Jepang pada 8 Maret 1942. Lahir di Pecangakan Ambarawa, pada 1886, ia adalah tiga serangkai yang nggegirisi bersama Ki Hajar Dewantara dan Douwes Dekker. Sabtu akhir pekan kemarin, lima hari sebelum peringatan wafatnya sang pahlawan,  didirikan patung menjulang 4 meter di Jl Jenderal Sudirman Ambara.

Sebagai orang penting dalam fase pergerakan, sudah sangat banyak yang mengulas sosk Tjipto Mangoenkoesoemo. Buku dan penelitian juga tersebar. Bersama-sama tokoh-tokoh pergerakan lainnya, Tjipto memang orang besar.

Saat menempuh pendidikan di sekolah dokter Jawa terkemuka STOVIA, Tjipto ikut membentuk gerakan yang kemudian dikenal hingga kini sebagai Boedi Oetomo (BO). Itu terjadi pada 1908 yang disebut-sebut sebagai tonggak kebangkitan kebangsaan Indonesia.

Sebelum akhirnya meninggalkan BO, Tjipto adalah generasi pertama Boedi Oetomo. Saat itu, ia bersama-sama dengan tokoh pergerakan lain seperti Wahidin Sudirohusodo, Radjiman Wedyodiningrat, Soetomo. Adik kandungnya, Goenawan Mangoenkoesoemo, ikut pula menjadi aktivis BO.

Empat tahun setelah berdirinya BO, Tjipto membangun kelompok baru bersama Ki Hajar dan Douwes Dekker. Namanya Indische Partij. Organisasi yang dideklarasikan  di Bandung itu, menjadi alat perjuangan baru, karena merasa BO terlalu elit. Alat perjuangan utama Indische Partij adalah De Expres, media yang diterbitkan untuk propagana melawan Belanda.

Sikap politik Tjipto, mulai dari organisasi yang didirikan hingga tulisan-tulisannya di media, membawanya ke ruang tahanan. Ia sangat banyak menghabiskan waktu di dalam penjara sejak divonis menentang pemerintah yang sah pada Agustus 1913.

Berpindah-pindah tempat pengasingan terjadi. Selain pernah diasingkan ke Belanda, Tjipto juga dipenjara di Banda, kemudian Bali, dan Makassar. Itu terjadi antara tahun 1927 setelah ia membuat berbagai gerakan yang membuat kuping pemerintah kolonial panas.

Setelah melewati tahun-tahun berat, sebelum dibawa kembali ke Jakarta, dokter Tjipta pernah diasingkan ke Sukabumi, saat penyakit asma yang diderita memburuk.  Tapi penyakit itulah yang menghentikan seluruh aksi perlawanannya pada penjajah. Tjipto Mangoenkoesoemo dipanggil Tuhan pada 8 Maret 1943 saat statusnya masih sebagai orang buangan. (kib)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.