Mlipir ke Mangir-6: Sejarah Ratu Pembayun Dihapus

oleh -324 Dilihat
oleh

Stategi Ki Ageng Karanglo, memang maut. Wonoboyo yang mondroguno, kepikut. Tidak sekadar takhluk tapi sekaligus tunduk lahir-batin. Ia mengakui Panembahan Senapati sebagai raja yang harus disembah, serta mertua yang wajib disungkemi.

Bagi Ki Ageng Mangir, selanjutnya tidak ada alasan untuk tidak menghadap ke Mataram. Bersama Ratu Pembayun yang telah disunting, ia sowan sekaligus sungkem kepada Panembahan Senopati. Tapi itulah akhir kisah hidupnya. Akhir tragis yang harus ditumpas sampai tujuh turunan.

Peristiwa pembunuhan Ki Ageng Mangir begitu dramatis. Kepalanya dibenturkan di watu gilang, tempat Panembahan Senopati siniwoko. Tidak hanya itu, Ratu Pembayun yang sedang menghandung anak Mangir, ikut menderita.

Andai tidak ada Ki Ageng Karanglo, sudah pasti Ratu Pembayun yang merupakan putri kandungnya, serta janin yang tak lain adalaha cucu kandungnya, ikut ditumpas.

Demi tahta Mataram, Ratu Pembayun diusir dari kedaton. Ia menjadi putri triman, diserahkan kepada Ki Ageng Karanglo, yang kemudian dinikahkan dengan putranya. Saat itu, saat dinikahkan dengan putra Ki Ageng Karanglo, Pembayun sedang mbobot.

Pernikahan Pembayun dengan putra Karanglo, menjadi babak akhir kisah Mangir. Sebab, semua sejarah Sekar Pembayun dihapus agar tidak menjadi klilip baru bagi Mataram.(bersambung)

Responses (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.