Ritual Jawa Mulai Lahir hingga Mati-2: Brokohan

oleh -397 Dilihat
oleh

Begitulah. Meski tak pernah menganggap anak perempuan tidak penting, orang Jawa selalu menginginkan anak pertamanya laki-laki. Tujuannya, agar bisa mendem jero lan mikul duwur. Dan, biasanya si calon bapak selalu berdo’a memohon kepada Tuhan agar diberi bayi laki-laki.

Lalu, setelah jabang bayi lahir, dibuatlah slametan pertama yang dinamakan brokohan. Sesajinya berisi nasi tumpeng dikitari uraban berbumbu pedas tanda si bayi laki-laki  dan ikan asin goreng tepung, jajanan pasar berupa ubi rebus, singkong, jagung, kacang dan lain-lain, bubur merah-putih, sayur lodeh kluwih  agar linuwih.

Ketika bayi berusia lima hari dilakukan slametan sepasaran, dengan jenis makanan sama dengan brokohan. Bedanya dalam sepasaran rambut si bayi dipotong sedikit. Saat itulah, biasanya orangtua telah menyiapkan pusaka nama untuk anaknya.

Secara umum, saat memberi nama, orang-orang tua Jawa akan melihat penanggalan. Lalu membaca wuku si jabang bayi. Misalnya saja, berwuku Tolu, yakni wuku ke-5 dari rangkaian wuku yang berjumlah 30.

Menurut wuku Tolu si bayi berdewa Batara Bayu, ramah-tamah walau bisa berkeras hati, berpandangan luas,cekatan dalam menjalankan tugas serta ahli di bidang pekerjaannya, kuat bergadang hingga pagi, pemberani, banyak rejekinya, dermawan, terkadang suka pujian dan sanjungan yang berhubungan dengan kekayaannya.

Setelah bayi sepasaran, ritual berikutnya adalah selametan selapanan. Saat itu bayi berusia 35 hari. Ritualnya sama dengan acara sepasaran. Bedanya, rambut bayi dipotong habis. Setelah ini, setiap 35  hari  diadakan  peringatan yang sesajinya sama dengan acara selapanan.(bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.