Mencari Penyebab Banjir di Daerah Sidatan, Temon, Kulon Progo

oleh -369 Dilihat

Akhir-akhir ini sering terjadi banjir di daerah Sidatan Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo, lokasinya sekitar 1 km sebelah timur ibukota Kecamatan Temon. Banjir terakhir terjadi hari Senin tanggal 5 Desember 2022 sekitar jam 5 sore, menggenangi jalan raya sekitar fly over rel bandara YIA – Yogyakarta, akibatnya terjadi kemacetan yang pada akhirnya arus lalu lintas dialihkan melewati jalan Daendeles Glagah.

Ditulis oleh: Yatin Suwarno*)

Tidak jauh di sebelah barat fly over terdapat jembatan sungai Sorowiti, warga sekitar menyebutnya dengan nama buk (jembatan) Silekor. Dari buk inilah air sungai Sorowiti meluap menggenangi wilyah sekitarnya termasuk jalan raya. Dalam gambar juga terlihat adanya sampah yang ikut menyumbat jalannya air (Gambar 1).

Sungai Sorowiti, hanyalah sungai kecil yang mengalir melintasi Desa Kulur, Desa Kaligintung, dan Dusun Sidatan Desa Kalidengen, sebelum bergabung dengan Sungai Serang yang bermuara di laut selatan perbatasan Desa Karangwuni dan Desa Glagah. Sungai Sorowiti dengan cabang-cabangnya berhulu di perbukitan menoreh sekitar Gunung Jeruk, Gunung Kuniran, dan Gunung Glingseng.

Di wilayah hulu, termasuk Pedukuhan Setro Kalurahan Kulur sekitar 3 tahun yang lalu pernah dilakukan penambangan batu dan tanah untuk material urug pembangunan bandara YIA. Di wilayah hulu ini pula telah dibangun cekdam yang mestinya berfungsi untuk mengurangi atau mengendalikan banjir.

Layaknya sungai alam, sungai Sorowiti awalnya memiliki bentuk berkelok (tidak lurus), ada bagian yang sempit dan ada bagian yang lebar, ada bagian yang dangkal dan ada bagian yang dalam (warga lokal menyebut kedung). Di bagian yang dangkal ini terakumulasi material pasir dan batu, warga biasa mengambilnya untuk bahan bangunan. Sedangkan di bagian yang dalam (kedung), dimana disitu banyak ikannya.

Dalam kondisi hujan biasa air sungai tidak meluap, dan hanya dalam kondisi hujan deras air baru meluap. Air sungai melimpas wilayah yang rendah di sekitarnya termasuk persawahan, namun cepat surut karena jenis tanahnya memiliki daya resap yang bagus. Laju arus sungai tidak terlalu cepat, karena direm oleh tikungan dan kelokan sungai, dasar sungai yang tidak rata juga ikut mempengaruhi.

Pada tahun 80-an pemerintah daerah melakukan revitalisasi sungai Sorowiti dengan membangun tanggul penahan banjir. Tanggul sungai dibangun terutama di sisi timurnya untuk menanggulangi lupan banjir di area persawahan. Selain dibeton supaya lebih kuat, tanggul dibuat sedikit lebih tinggi. Tanggul dibuat relatif lurus, dengan mengeruk tanah/batu/pasir dasar sungai.  Akibatnya sungai menjadi lurus, dasarnya rata, dan sudah tidak ada kedung lagi tempat mengumpulnya ikan-ikan.

Dampak pembangunan tanggul menyebabkan sawah-sawah sekitar sungai Sorowiti sudah tidak pernah banjir, semua air hujan tertampung dan mengalir dengan cepat ke arah hilir. Banjir kemudian berpindah ke arah hilir, di tempat-tempat dimana terjadi penghambatan aliran air, seperti tikungn/kelokan sungai dan penyempitan ruang aliran seperti jembatan. Pada tanggal 5 Desember kemarin, banjir menggenangi wilayah sekitar tikungan sungai utara stasiun Kedundang (Gambar 2). Banjir juga menggenangi wilayah sekitar tikungan sungai selatan jembatan jalan menuju Girigondo. Adapun banjir paling parah terjadi di wilayah sekitar buk Silekor Sidatan.

Kesimpulannya adalah, penyebab banjir di daerah sidatan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) Penggalian batu dan tanah  untuk material urug bandara di daerah hulu, hal ini menyebabkan tidak banyak air hujan yang meresap ke dalam tanah tersimpan oleh akar tumbuhan. (2) Adanya sampah meskipun dalam jumlah sedikit yang terbawa air sungai dan tertahan di mulut jembatan Silekor. (3) Sempitnya mulut jembatan Silekor yang tidak mampu mengalirkan air yang sangat deras dalam waktu pendek. (4) Banyaknya tikungan/kelokan sungai yang bisa menghambat lancarnya aliran air sungai. (5) Curah hujan cukup deras dalam durasi relatif singkat, menyebabkan badan sungai kewalahan menampungnya. (5) Telah berubahnya bentuk fisik sungai yaitu dengan dibangunnya tanggul sungai, sehingga air yang tertampung di sungai akan mengalir dengan sangat cepat, namun akan tertahan dimana sungai berbelok atau terjadi penyempitan jembatan. Salah satu isu yang menyebar di kalangan masyarakat, banjir disebabkan karena adanya bandara YIA, dulu sebelum ada bandara tidak pernah banjir. Namun hal ini tidak benarbkarena tidak ada dasar ilmiahnya.

 

*) Warga Desa Kulur Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.